Laman
Renungan


Assalamu'alaikum warahmatullahita'ala wabarakatuh...

Sudilah kiranya sahabat sekalian merenungkan puisi di bawah. Semoga ia sedikit sebanyak dapat menyedarkan kita tentang apa yang kita buat seharian. Insya Allah.

I WONDER

If The Prophet Muhammad s.a.w visited you,
Just for a day or two.
If he came unexpectedly,
I wonder what you'd do.

Oh, I know you'd give your nicest room,
To such an honored guest,
And all the food you'd serve to him,
would be your very best.

And you would keep assuring him,
you're glad to have him there,
That serving him in your home,
Is a joy beyond compare.

But ... When you see him coming,
Would you meet him at the door,
With arms outstretched in welcome,
To your visitor?

Or ... Would you have to change your clothes,
Before you let him in?
Or hide some magazines,
And put the Quran where they had been.

Would you still watch R-rated movies,
On your TV set?
Or would you rush to switch it off,
Before He gets upset?

Would you turn off the radio,
And hope He hadn't heard?
And wish you hadn't uttered,
That last loud, hasty word?

Would you hide away your music,
And instead take Hadith books out?
Could you let him walk right in,
or would you rush about?

And, I wonder ... If the Prophet spent,
A day or two with you,
Would you go right on doing,
The things you always do?

Would you go right on saying,
The things you always say?
Would life for you continue,
As it does from day to day?

Would your family conversation,
Keep up its usual pace?
And would you find it hard each meal,
To say a table grace?

Would you keep up each every prayer,
Without putting on a frown?
And would you always jump up early,
For prayers at dawn?

Would you sing the songs you always sing,
And read the books you read?
And let him know the things on which,
your mind and spirit feed?

Would you take the prophet with you,
Everywhere you plan to go?
Or, would you, maybe, change your plans,
Just for a day or so?

Would you be glad to have him meet,
your very closest friends?
Or, would you hope they'd stay away,
Until his visit ends?

Would you be glad to have him stay,
Forever on and on?
Or ... Would you sigh with great relief,
When He at last was gone?

It might be interesting to know,
The things that you would do,
If the prophet Muhammad s.a.w, in person, came,
to spend some time with you.

(Poem was read at New England Islamic Society, 8th Annual Conf.)


MELAYU

Melayu itu orang yang bijaksana
Nakalnya bersulam jenaka
Budi bahasanya tidak terkira
Kurang ajarnya tetap bersantun
Bila mengampu bijak beralas tangan

Melayu itu berani jika bersalah
Kecut takut kerana benar
Janji simpan di perut
Selalu pecah di mulut
Biar mati adat
Jangan mati anak

Melayu di Tanah Semenanjung luas maknanya
Jawa itu Melayu, Bugis itu Melayu,
Banjar juga disebut Melayu,
Minangkabau memang Melayu,
Keturunan Aceh adalah Melayu,
Jakun dan Sakai asli Melayu,

Arab dan Pakistani semua Melayu,
Mamak dan Malbari serap ke Melayu,
Malah Mualaf bertakrif Melayu.

Dalam sejarahnya,
Melayu itu pengembara lautan,
Melorongkan jalur sejarah zaman,
Begitu luas daerah sempadan,
Sayangnya kini segala kehilangan.

Melayu itu kaya falsafahnya
Kias kata bidal pusaka
Akar budi bersulamkan daya
Gedung akal laut bicara

Malangnya Melayu itu kuat bersorak
Terlalu ghairah pesta temasya
Sedangkan kampung telah tergadai
Sawah sejalur tinggal sejengkal
Tanah sebidang mudah terjual

Meski telah memiliki telaga
Tangan masih memegang tali
Sedang orang mencapai timba
Berbuahlah pisang tiga kali
Melayu itu masih bermimpi
Walaupun sudah mengenal Universiti
Masih berdagang di rumah sendiri

Berkelahi cara Melayu, menikam dengan pantun,
Menyanggah dengan senyum,
Marahnya dengan diam
Merendah bukan menyembah
Meninggi bukan melonjak.

Watak Melayu menolak permusuhan
Setia dan sabar tiada sempadan
Tapi jika marah tak nampak telinga
Musuh dicari ke lubang cacing
Tak dapat tanduk telinga dijinjing
Maruah dan agama dihina jangan
Hebat amuknya tak kenal lawan

Berdamai cara Melayu indah sekali
Silatulrrahim hati yang murni
Madah diungkap sentiasa disahut
Tangan dihulur sentiasa bersambut
Luka pun tidaklah lagi berparut
Baiknya hati Melayu itu tiada terbandingan
Segala yang ada sanggup diberikan
Sehingga tercipta sebuah kiasan
"Dagang lalu nasi ditanakkan,
Suami pulang lapar tak makan,
Kera di hutan disusukan,
Anak di pangkuan mati kebuluran."

Bagaimanakah Melayu
Di abad dua puluh Satu
Masihkah tunduk tersipu-sipu ?
Jangan takut melanggar pantang
Jika pantang menghalang kemajuan

Jangan segan menentang larangan
Jika yakin kepada kebenaran
Jangan malu mengucapkan keyakinan
Jika percaya kepada keadilan

Jadilah bangsa yang bijaksana
Memegang tali memegang timba
Memiliki ekonomi mencipta budaya
Menjadi tuan di negara merdeka.

Hasil Nukilan :
Dato' Dr. Usman Awang

LAMAN UTAMA | EKPRESI | PERISIAN PERCUMA | ALTERNATIF | HAKIM CARI | GNU/LINUX | RENUNGAN | BUKU PELAWAT